SGM!

Alhamdulillah akhirnya setelah pertimbangan akhir yang matang, dan cukup puas browsing sana sini, beralihlah gadget saya. Samsung Galaxy Mini S-5570 jadi pilihan. Yang mini gini aja dianggap android kelas lowend karena harganya yang dibawah 2 juta, harga tepatnya pekan lalu saya beli 1,450 jt, sudah turun seratus ribu dari bulan lalu. Biarpun dibilang lowend, hp mini ini lumayan mantab. Spek-nya bisa di lihat di sini.

Untuk diketahui, saat membeli samsung galmin ini, fitur dan aplikasinya masih sangat standar. Oleh karena itu perlu “belanja-belanja” dulu di market-android. Belanjanya ada yang gratis ada yang bayar. Tapi karena tampang saya tampang pas-pasan dan gratisan, maka saya hanya perlu berlangganan internet yang unlimited data untuk download-downloaad aplikasi gratisan. Aplikasi gratisan ini jumlahnya sangat banyak, jadi jangan khawatir keluar uang untuk beli aplikasi. Karena android ini cukup menguras benwit, pastikan kamu berlangganan yang unlimited data agar puas meng-upgrade aplikasinya.

Sejauh ini sudah ada enam belas aplikasi yang saya pakai, sebelumnya ada yang sudah saya instal tapi karena gak sreg maka langsung uninstall. Antara lain:
– Facebook for android
– Yahoo Messenger
– Tweetdeck
– Anti Mosquito
– Anti virus
– Foursquare
– iQuran
– Opera mini (untuk browsing)
– Translate (kamus)
– Qibla compass
– Sky Frontier 3D (game)
– Vignette (edit foto)
– Basic player (player musik)
– Labyrinth Lite (game)
– EarthRot (live wallpaper)
– Fireflies (live wallpaper)

Dan galmin-nya belum di-root lhoh, tapi gak lemot. Saya belum paham benar apa kegunaan peng-root-an memori. Tapi katanya forum android Indonesia yang saya jelajahi, salah satu kegunaannya adalah untuk pembagian ram agar aplikasi tetap berjalan lancar dan tidak lemot.

Kekurangan dari galmin ini menurut saya ada pada baterainya yang sangat boros. Dalam sehari saya bisa men-charge dua sampai tiga kali. Padahal kecerahan layar sudah saya turunkan sampai 15 persen. Ada juga yang menyarankan untuk mendownload suatu aplikasi yang bisa mengontrol penggunaan batre, tapi belum saya lakukan.

Sehari di Trans Musi

Bersama tiga konco karibku, kak Anton, mbak Reni, dan mbak Didit, kami mengadakan tour de Palembang menyusurinya dengan naik bis Trans Musi. Ini adalah kali pertamanya saya naik bis Trans Musi, sebelumnya pernah juga tapi bis Trans Jogja beberapa tahun silam. Ekspektasi yang saya siapkan sebelum naik bis ini tidak terlalu muluk-muluk, mungkin di bawah standar bis Trans Jogja yang dulu saya pernah naiki. Tapi ini adalah pengalaman tersendiri yang tentunya berbeda.

Hal pertama yang harus kamu ketahui bahwa kamu itu tinggal di Palembang, bukan di Jepang atau di Belanda yang moda transportasinya baik (menurut novel-novel yang pernah saya baca). Ya, Palembang, yang sebagian warganya masih berproses dalam kesadaran disiplin, baik disiplin dalam antrian, pembayaran, kepatuhan, keindahan, atau kebersihan. Bersabar dan lapang dada adalah jalan utama untuk bahagia di perjalanan dalam bis hasyaaaahh

Tiket bis Trans Musi saat ini Rp.3000,- kemana saja selama tidak keluar halte. Ya samalah kira-kira seperti halnya yang berlaku di bis trans lainnya. Bisnya ber-AC, adeeemm. Kami memulai perjalanan kira-kira pukul 10 pagi dari halte Monpera. Bisnya masih lengang dan kami dapat duduk di kursi dengan bahagia (apasyih). Tujuan kami adalah terminal Alang-alang lebar. Saya cengar-cengir aja pertama kalinya naik bis trans ini, ya, seru dan bahagia (norak!). Beberapa foto saya ambil selama perjalanan.

ini di halte depan PTC mall
Suasana bis Trans Musi di jam lengang
di jam lengang, kondektur pun masih sempat sms-an
difoto dari atas jembatan penyebrangan PTC mall

Monpera ke Alang-Alang Lebar jauhnya kira-kira 12 km. Sesampainya di terminal, kami berganti bus ke arah PS, dan balik kanan karena Alang-Alang lebar adalah perhentian terakhir. Kami melanjutkan perjalanan melalui jalan yang sama seperti ketika pergi, tapi kemudian kami transit di halte Pahlawan dan berganti bis arah Sako, lalu berhenti di halte PTC mall. Di PTC kami ishoma, cuci mata, dan foto-foto. Foto di depan mall akan menyusul diupload.

Dari PTC mall kami bermaksud menuju Palembang Square mall (PS mall). Ini sih hijrah dari mall ke mall namanya hehe. Dari PTC kami naik bis ke arah Plaju, tapi transit di halte Pasar Gubah, menyebrang jalan dan melanjutkan bis ke PS mall sampai di halte depannya. Lalu jalan-jalan, main, shalat ashar, dan mengambil beberapa foto penting. Sebelum jam 5 kami langsung menuju halte lagi agar tidak kehabisan bis. Dari halte PS kami naik bis arah Jakabaring. Saya sendiri transit di halte Masjid Agung lalu menyambung dengan bis KM.12, tapi cuku stop sampai halte IP. Dari sana saya naik jembatan penyebrangan, jalan sedikit lalu naik becak sampai rumah.

Jalan raya besar yang paling dekat dengan rumah saya adalah Jalan Veteran. Sayangnya, jalan ini tidak dilalui oleh bis trans, entah mengapa. Banyak hal unik selama di perjalanan ini. Antara lain kami sepakat bahwa naik bis trans sejauh sampai terminal Alang-Alang Lebar kami tidak merasa lelah, padahal perjalanan yang ditempuh cukup panjang, dibanding dengan naik bis biasa. Menunggu di halte untuk bis yang dituju atau transit tidak terlalu lama, berkisar 15 menit. Ya kalau nunggu sambil melirik ke jam tiap detik tentu terasa lama. Saya juga sepakat, bahwa bis trans seperti ini adalah cikal bakal moda transportasi yang dapat menertibkan angkutan umum lainnya yang kurang mengenal disiplin.

Jujur saja, untuk saat ini saya masih senang naik motor sendiri kalau pergi kemana-kemana, karena keuntungannya yang sangat penting adalah hemat waktu dan masih lebih hemat biaya. Tapi bagaimanapun saya juga bermimpi, seandainya suatu hari nanti harga bahan bakar minyak untuk motor saya secara matematis akan lebih mahal daripada naik transportasi umum, dan atau moda transportasi yang ada di kemudian hari sudah jauh lebih baik, tentu akan ada saatnya saya beralih penuh.

Bagaimana menurutmu?

Ramona and Beezus

Mengisahkan seorang Ramona (Joey King) berusia sembilan tahun yang super aktif, periang, banyak ide gila, imut, centil, namun kadang mempunyai imajinasi yang berlebihan sehingga orang lain kadang terganggu karena ulahnya. Dia hidup dalam keluarga yang ceria dengan ayah-ibu, serta kakak perempuannya Beezus (Selena Gomez) dan seorang adik yang masih bayi.
Suatu hari sang ayah kehilangan pekerjaannya karena pengurangan pegawai. Lalu segera sang ibu mencari pekerjaan paruh waktu untuk menutupi kebutuhan keluarga. Sang Ayah yang juga periang selalu berusaha menutupi rasa cemasnya di hadapan anak-anak. Ramona yang berharap bisa menolong ayah-ibunya melakukan beberapa ide gila, mulai dari berjualan es limun, mencuci mobil tetangga, sampai dengan mengikuti kontes pencarian model iklan selai kacang. 
Yang saya ingat dalam percakapan mereka di suatu pagi sebelum berangkat untuk pemotretan kontestan pencarian model, rambut Ramona dikritingkan oleh Beezus. Kata Ramona, “woow cantik sekali, apakah aku akan memenangkan kontes ini?“. Jawab Beezus, “Logika aja, ini alat pengeriting rambut, bukan tongkat sihir“. Entah mengapa saya ingat terus bagian yang itu hehehe
Tentunya film ini juga dibumbui oleh kisah romantisme cinta, yaitu kisah antara bibinya Ramona, bibi Bea dengan seorang teman SMAnya dulu yang sudah sepuluh tahun baru kembali dari perantauan.
Kembali ke keluarganya Ramona. Dari tingkah Ramona yang kadang over kreatif yang membawa kesialan pada orang lain juga ternyata membawa keberuntungan bagi ayahnya, hingga ayahnya mendapat pekerjaan baru. Ini adalah film keluarga yang indah sekali, termasuk Ramona dan Beezus yang memang imut banget hehehe

Baru Beli: Smart Connex

Selama ini saya memang pakenya kartu Smart koq untuk internetan, sudah pas dengan harga dan paket. Tapi kebetulan lagi dipinjemi aja modem sama kakak, sebelumnya saya konek ke leptop sama Hp. Alhamdulillah akhirnya hari ini punya modem sendiri. cihuy!

Smart Connex yang saya beli ini 1 paket harganya 199ribu saja, dengan bonus 30 hari unlimited kecepatan download up to 384 kbps. Lumayan kenceng, kerasa bedanya karena saya biasanya langganan yang unlimited 153 kbps (jelaaaaaah). Spesifikasi modem ini bekerja di jaringan EVDO pada 800/1900 Mhz, sudah dualband, dan easy use tinggal plug and play (kebanyakan modem sekarang begitu kok). Oiya, pas saya beli, simcardnya sudah terpasang di modem, gak perlu registrasi seperti kita membeli kartu perdana. Tapi ya itu, gak bisa dipake buat voice sama sms. Mungkin ini kartunya khusus untuk data doang.

Berikut speedtest yang saya lakukan jam 2 siang tadi

Untuk saya yang blogger dan hobi browsing sana sini, sementara segitu cukup kenyang. Pernah dicoba juga mendengarkan siaran radio streaming, bisa dikatakan nggak ada buffer. Tapi kalau untuk youtube, masih ada buffer sedikit. Saya sudah pake Smart sejak 2007 akhir. Tarif dan kecepatan adalah pertimbangan utama dalam memilih provider, dan saya cocok pake Smart. Untuk tarif, bisa dicheck di sini.

Milli and Nathan

Karena ditraktir kak Goiq bersama teman-teman lainnya, dan pengen ikutan kuis komentarnya, jadilah saya rela nonton film Indonesia ini. Pastinya saya dan juga teman-teman satu romobongan yang lain pada saat itu sudah mempersiapkan diri akan harapan-harapan yang gak mungkin ada di film ini. Jelas, film drama cinta, masih nampak seperti sinetron masuk bioskop.

Bercerita tentang Milli (Olivia Jensen) dan Nathan (Christ Laurent) yang duduk di bangku SMA dan saling menjalin cinta. Masing-masing mereka mempnyai pandangan yang berbeda tentang masa depan. Nathan yang cerdas berpandangan bahwa masa depan yang ia impikan akan ditempuh melalui bangku perguruan tinggi, sedangkan Milli sangat tidak berminat untuk kuliah karena cita-citanya yang ingin menjadi penulis. Menurut Nathan, ia tidak akan bisa konsentrasi pada kuliahnya jika terus berpacaran dengan Milli, akhirnya mereka putus. Putus dengan kesadaran, namun mereka tetap berteman baik, bahkan seperti tidak ada bedanya mereka putus, hanya tidak bertemu saja karena di dua kota berbeda. Sebetulnya masing-masing mereka masih saling menyayangi, namun terkendala akan hambatan-hambatan yang mereka buat sendiri. Seharusnya ketika mereka menghadapi masalah harus dicari slusinya, bukan malah putus bubar balik kanan. Akhirnya Milli mencoba membuka hati untuk laki-laki lain. Namun memang perasaannya berbeda, ketulusan cinta yang ada lebih surficial, dan akhirnya mereka juga putus. Hingga suatu hari Nathan yang masih datang dan pergi, kini datang lagi, seolah memberi harapan. Pada saat yang sama juga sepertinya Nathan terkena sakit yang parah yang tidak diberitahunya kepada Milli. Dan kembali memutuskan hubungan dengan Milli.
Saatnya ketika Milli akan menikah dengan pasangan yang telah dipilihnya, datanglah sepucuk surat dari Nathan yang ditulis sebelum Nathan meninggal. Satu kata yang ku ingat, “Lebih baik melihat Milli marah daripada melihat Milli bersedih”. Romantis, tapi dramatis.
Menurutku, pasangan seharusnya bisa dan mampu saling mengkomunikasikan kondisi masing-masing. Bukan saling membelakangi, atau malah berbohong.

Film ini cantik banget, terutama pemandangan-pemandangan, dan dekorasi-dekorasi ruangan yang keren. Tapi film ini gak sarat moral, kebalikan film serdadu kumbang yang malah sarat dan padat moral. Film ini tidak menunjukkan sisi reward dan punishment dari tingkah-tingkah yang sering ditemui dikalangan remaja.

Review Film Serdadu Kumbang

Hari ini saya dan mbak Ira menyempatkan diri untuk pergi nonton Serdadu Kumbang di 21 PIM Palembang. Film bergenre keluarga dan anak-anak buatan Alenia Pictures ini sangat pas diputar di saat-saat libur sekolah anak-anak. Sepertinya pasangan muda Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen konsen banget menelurkan film-film keluarga yang sarat moral.

Resensi lengkapnya mungkin kamu bisa baca-baca di sini. Berkisah seorang Amek, anak kelas 6 yang tidak lulus ujian tahun lalu dan Minun kakaknya yang duduk di kelas 3 SMP. Secara umum film ini menggambarkan pola didik sekolah di daerah pinggiran yang masih menggunakan pola didik zaman baheula. Antara lain pola hukuman-hukuman fisik yang belebihan. Orang kampung yang doyan pamer kalau jadi TKI. Orang kampung yang percaya banget sama tahayul dan minim iman.Perlunya peningkatan kualitas SDM dan transfer ilmu ke sekolah-sekolah yang berada di pinggiran.

Over all, menurut saya ini film sarat moral, saking saratnya bingung saya mana yang mau saya sampaikan duluan. Ada juga scene-scene yang menurut saya tidak perlu atau tanggung. Misal adanya Surya Saputra di sana menurut saya sangat dipaksakan, mending gak ada sama sekali, atau sekalian aja dibuat scene romancenya antara Surya dan ibu guru. Ya untuk hiburan keluarga bolehlah.


Yang pasti, film ini mengingatkan saya akan seorang dosen ku yang ganteng dan akan segera menikah pernah PTT di sana, gambaran pemandangannya indah dan alami khas Sumbawa. Ngimpi pengen ke sana.

Tiga bintang dari lima.